Nabi Muhammad: Rahmat dan Pembawa Perubahan


19 November 2018 ba’da Maghrib, santriwati Komplek Gedung Putih Krapyak merapat menuju mushola. Menanti kedatangan Bapak KH. Abdul Mustaqim selaku Ustadz dan pemateri dalam pengajian, para santriwati -pun melantunkan qasidah Kisah Sang Rasul.
Rohatil athyaru tasydu, fii layaa lil maulidi,
wa bariqunnuri yabdu, min ma’aani Ahmadi
wa bariqunnuri yabdu, min ma’aani Ahmadi
wa bariqunnuri yabdu, min ma’aani Ahmadi
fii layaa lil maulidi
Abdullah nama ayahnya, Aminah ibundanya
Abdul Muthallib kakeknya, Abu Thalib pamannya
Khadijah istri setia, Fathimah putri tercinta
Semua bernasab mulia dari Quraisy ternama
Inilah kisah Sang Rasul yang penuh suka duka
Ooh penuh suka duka.... .... ....
Lantunan qasidah itu terus berlanjut mengingat kisah hidup Nabi Muhamad sejak lahir hingga diangkat menjadi Rasul. Sembari melantunkan qasidah,  imajinasi para santri ikut membayangkan bagaimana suka duka kehidupan Nabi Muhammad yang sosoknya selalu diingat dan diteladani setiap umat muslim di seluruh dunia. Mengingat dan meneladani sosok Nabi Muhammad adalah tujuan berkumpulnya santriwati Gedung Putih di setiap tahunnya seperti malam ini, memperingati Hari Kelahiran Nabi.
Hadirnya Bapak Mustaqim, memulai pengajian Maulid Nabi malam ini. Beliau menyampaikan jika kelahiran Nabi Muhammad memiliki dua makna penting, yaitu:

1. Menjadi Rahmat bagi seluruh alam
Rahmat secara bahasa memiliki arti kasih sayang. Diterangkan oleh Bapak Mustaqim, rahmat bisa diartikan sebagai dorongan yang muncul dari hati untuk mengantarkan seseorang berbuat ihsan. Rasul dilahirkan sebagai manifestasi kasih sayang Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal itu dipertegas dengan turunnya surat Al-Anbiya’ ayat 107. Ayat ini turun dalam rangka menjawab asumsi yang salah di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah. Anggapan sesat saat itu adalah Nabi Muhammad lahir dengan membawa ajaran baru untuk memecah-belah kabilah di Arab. Surat Al-Anbiya ayat 107 menjelaskan bahwa Nabi Muhammad turun sebagai rahmat bagi seluruh alam. Pertanyaannya, siapa yang dimaksud dengan seluruh alam itu? Apakah hanya alam manusia? Rupanya tidak, yang disebut seluruh alam adalah alam dari manusia itu sendiri, alam dari hewan, tumbuhan, malaikat, jin, bahkan alam yang tidak memiliki nyawa sekalipun seperti batu, tanah dan air.
Sebagai contoh, Bapak Mustaqim mengkisahkan bahwa menengok kekanan dan kekiri di akhir sholat, seperti mendoakan keselamatan bagi dua malaikat di sisi kanan dan kiri kita, dan hal tersebut salah satu bentuk rahmat bagi kaum malaikat.

2. Hadirnya Nabi Muhammad adalah bentuk reformasi
Setidakya ada empat bentuk reformasi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad selama hidupnya. Reformasi itu dapat dirasakan dalam bidang teologi, pendidikan, nasib kaum perempuan, dan juga reformasi di ranah hukum.

a. Reformasi teologi. Di tengah masyarakat Arab Jahiliyah yang dulu menyembah berhala. Nabi Muhammad sempat merasakan bingung karena memikirkan nasib umatnya. Kebingungan Nabi Muhammad dipecahkan oleh Allah dengan diturunkannya wahyu sebagaimana dalam Surat Ad-Duha ayat 7 yang berbunyi Wawajadaka dhaaalan fahada, Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Setelah fase paganisme (menyembah berhala) selesai, bergantilah pada fase monoteisme (menyembah Tuhan yang Esa).  Diturunkanlah Surat Al-Ikhlas yang secara eksplisit menyatakan bahwa yang dimaksud Tuhan adalah Allah. Pada waktu itu, sebelum diturunkannya Surat Al-Ikhlas, dalam beberapa surat seperti Surat Al-Alaq hanya menyebut Rabbuka yang bermakna Tuhan, ada pertanyaan dari masyarakat Arab Jahiliyah, “Apakah Tuhanmu sama dengan Tuhan kami sebelumnya?”, menjawab pertanyaan itu diturunkanlah Surat Al-Ikhlas yang secara eksplisit menyebut Allah, bukan lagii rabbuka, Qul huwallahu ahad, Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa Allah yang Maha Esa.
b. Reformasi Pendidikan. Turunnya ayat pertama dari Surat Al-Alaq, Iqra’, dapat diartikan sebagai bacalah, telitilah, dan amatilah.Kata Iqra’ disini tidak disertai dengan objek apa yang harus dibaca, diteliti, maupun diamati. Oleh karena itu, dengan tidak adanya objek dari perintah bacalah, hal ini dapat diartikan bahwa umat perlu membaca apapun, tidak hanya sebatas ayat Qauliyah saja, tetapi juga ayat Kauniyah. Tentunya pembacaan ayat Qauliyah dan Kauniyah ini disertai dengan nilai-nilai keilahiahan sehingga ilmu hasil dari pembacaan dapat bermanfaat.
c. Reformasi Nasib Kaum Perempuan. Perempuan saat itu mengalami diskriminasi yang luar biasa. Perempuan pada saat itu bukan dianggap sebagai someone, tetapi something, sebagai benda. Maka tidak heran apabila perempuan dijadikan “barang” warisan, bukan mendapat hak warisan. Datangnya Nabi Muhammad mengubah kondisi itu, salah satuya dengan melakukan pemberian mahar. Mahar dilakukan untuk mendekonstruksi diskriminasi terhadap kaum perempuan. Konsep mahar membuat perempuan memiliki hak milik atas apa yang diberikan oleh suami kepadanya. Mahar disini ditempatkan sebagai penghargaan bagi kaum perempuan, bukan harga dari seorang perempuan. Sebagaimana Nabi Muhammad memberikan penghargaan saat menikah dengan Sayyidah Khadijah dengan memberikan 20 ekor unta sebagai maharnya.  
d. Reformasi hukum-hukum Islam. Hadirnya Islam yang dibawa Nabi Muhammad telah merombak dan memperbaiki tatanan hukum masyarakat Arab waktu itu dari yang bersifat jahiliyah menjadi lebih beradab. Reformasi Islam dalam bidang hukum salah satunya dapat dilihat dari persoalan sehari-hari seperti soal Muamalah. Rasulullah mengajarkan transaksi-transaksi perdagangan secara adil dan jujur, dengan memperhatikan rasa tanggung jawab agar penjual dapat memperoleh keuntungan tanpa merugikan konsumen. Selain persoalan ekonomi yang merupakan pilar kehidupan masyarakat, Islam telah memengaruhi seluruh aspek kehidupan. Dengan bersumber Al-Qur’an dan Hadits, perkembangan hukum Islam kala itu terus dijadikan pedoman oleh Umat Islam sampai saat ini.
Mengingat Nabi Muhammad, merayakan hari kelahirannya merupakan wujud syukur atas kehadiran Nabi Muhammad yang pernah hadir dan meberikan petunjuk serta contoh laku hidup bagi para umatnya. Pengajian Maulid Nabi malam itu ditutup dengan syiir Sholli Wasallimda yang dilantunkan bersama-sama. (Ashilly Achidsti/Roy)


..والله أعلم بالصواب..

Komentar