Simbah Ali Maksum dan Hujjahnya


oleh: Ummi Rohmah

KH. Ali Maksum Allahu yarham
Kitab Hujjah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah adalah salah satu karya KH. Ali Maksum. Kitab ini sering di baca di pesantern-pesantren baik di dalam maupun di luar bulan Ramadhan.
Karya ini ditulis dalam bahasa arab, sebagaimana diketahui bahwa KH. Ali Maksum  adalah seorang yang mampu dalam bahasa arab dan bahkan beliau dijuluki “munjid berjalan” sehingga wajar dalam karyanya ini ditulis dengan menggunakan bahasa arab. Dalam pengantarnya, KH. Ali Maksum menyatakan bahwa perbedaan dalam amaliah keagamaan atau biasa disebut dengan khilafiyyah bukanlah seorang yang harus diperdebatkan dan diperselisihkan namun harus saling menghormati dan toleransi karena masing-masing berdasarkan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya sebagaimana hadis, asar sahabat dan kesepakatan ulama.[1]
Dalam penyusunan  kitab ini, KH. Ali Maksum sangat tawaddu’ sebagaiman pernyataannya:[2]
“saya menyusun kitab ini adalah sebagaimana pendapat ulama-ulama dunia dan orang-orang terkemuka dalam agama Islam. Sehingga yang dapat saya lakukan hanyalah mengumpulkan dan mengutip pendapat-pendapat mereka dan sebagai pegangan dan tidak mungkin berasal dari pendapat saya pribadi”.

Untuk membedakan antara pendapat KH. Ali Maksum sebagai penulis kitab ini dengan pendapat H. Subki sebagai tambahan, biasanya pendapat KH. Ali Maksum biasanya di awali dengan “al-Syaikh”. Sementara pendapat H. Subki diawali dengan “ziadat min al-faqir”.
Penambahan yang dilakukan H. Subki dalam kitab ini, sebagaimana dapat ditemukan pada bab emapat tentang salat tarawih, ia menambahkan dengan mengutip riwayat hadis yang berkaitan dengan tarawih.[3]
Hadis tersebut adalah:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ لَيْلَةً مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ وَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّى فَصَلَّوْا مَعَهُ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَلَمَّا كَانَتِ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَلَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْتَرَضَ عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
Artinya: Yahya ibn Bukair bercerita kepada kami dari Allais dari ‘Uqail dari Ibn Syihab, dari ‘Urwah bahwa ‘Aisyah r.a berkata bahwa Rasullah keluar rumah pada sepertiga yang akhir dari malam telah salat di masjid, dan solat pula para sahabat, ketika memasuki waktu subuh mereka bercerita bahwa mayoritas di antara mereka berkumpul, mereka bersolat bersama Nabi, ketika memasuki waktu subuh pada malam ketiga mereka bercerita jamaah di masjid bertambah banyak maka Rasulullah saw keluar salat dan mereka solat pila. Ketika pada malam ke empat Nabi tidak kuasa ke masjid dari rumahnya sehingga ia keluar untuk solat subuh, ketika sampai pada waktu fajar beliau menghadap kepada para sahabat dan menyaksikannya dan bersabda sesungguhnya saya tidak takut dengan apa yang kalian lakukan, akan tetapi saya takut solatitu menjadi wajib atas kamu dan kalian tidak mampu melaksanakannya. Setelah itu beliau wafat.[4]
      Kutipan hadis yang di tambahkan H. Subki dibagian lain adalah ketika menjelaskan tentang hadis yang berkaitan dengan mengikuti sunnah nabi dan Khulafa al-Rasyidin.[5] Hadis tersebut adalah
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ

Artinya: dari Hudaifah bahwa Nabi saw. Bersabda ikutilah orang setelahku yaitu Abu Bakar dan Umar.[6]

Dalam bab lain, penambahan H. Subki adalah dengan mengutib kitab, hal ini misalnya terdapat pada bab dua tentang kebolehan salat Iqabliyyah jum’at, ia mengutip kitab Fath al-Wahhab, dalam kitab tersebut terdapat keterangan  hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa di antara azan dan iqamah terdapat salat.[7]
Secara kantitatif persoalan-persoalan khilafiyyah yang dibahas dalam kitab ini terangkum dalam 9 bab, di antaranya adalah: Hibat Sawab al-Qiraah wa al-Sadaqah li al-Mayyit, Salat al-Tarawih, Subutu Syahray Ramadan wa Syawwal, Ziyarah al-Qubur, Naim al-Qabri wa ‘Adabih, Ziyarah al-Rasul wa Syidd al-Rihal,Bayan al-Tawassul bi al-Anbiya wa al-Aliya’a wa al-Salihin.[8]
Dalam karyanya ini, KH. Ali Maksum dalam tema pembahasan dalam suatu bab terkadang menggunakan kalimat pertanyaan (istifham),[9] hal ini dimungkinkan karena yang dibahas adalah persoalan khilafiyyah sehingga mengandung pengertian apakah sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak.
KH. Ali Maksum mengawali pembahasannya dengan mendeskripsikan suatu masalah secara umum dengan menyebutkan pendapat-pendapat yang berkaitan dengan persoalan berikut.
Selanjutnya dalam menyimpulkan pendapatnya ia mengambil pendapat ulama yang mayoritas atau yang lebih unggul (rajijh). Hal ini dapat dilihat dalam bab salat tarawih, Bahwa pelaksanaan salat tarawih terjadi perbedaan jumlah rakaatnya ada yang berpendapat 20 rakaat dan 8 rakaat, dan KH. Ali Maksum memilih pendapat bahwa pelaksanaan salat tarawih adalah 20 rakaat, karena pendapat ini yang lebih masyhur dan dilaksanakan pada zaman sahabat. Sebagaimana hadis berikut ini.
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ أَنَّهُ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً
Dari Malik, dari Yazid bin Ruman, ia mengatakan orang-orang mengerjakan (salat tarawih) pada zaman Umar bin Khattab sebayak 23 rakaat.[10]

Secara kualitatif, Hadis-hadis al-Kutub al-tis’ah yang di kutip KH. Ali Maksum yang terdapat dalam karya ini diantaranya:
1.      Sahih Bukhari sebanyak 7 buah hadis
2.      Sahih Muslim sebanyak 5 buah hadis
3.      Sunan al-Tirmizi sebanyak 7 buah hadis
4.      Sunan al-Nasai sebanyak 2 buah hadis
5.      Sunan Abu Daud sebanyak 3 buah hadis
6.      Sunan Ibnu Majah sebanyak 1 buah hadis
7.      Musnad Ahmad bin Hanbal sebanyak 1 buah hadis
8.      Muwatta ibn Malik sebanyak 1 buah hadis
9.      Sunan al-Darimi sebanyak 1 buah hadis
KH.Ali Maksum dalam pengutipan hadis tidak menyebutkan seluruh sanadnya. Beliau hanya mencukupkan dengan menyebut nama rawi pertama dan rawi terakhir (mukharrij) hadis.
Dalam menjelaskan hadis-hadis yang terdapat dalam karyanya ini. KH. Ali Maksum terkadang menjelaskan kuatilas hadis yang dikutipnya. Hal ini missal terdapat dalam bab dua. Bahwa hadis yang menyatakan tentang salat qabliyyah jum’at sanadnya sahih menurut al-Iraqi.[11] Namun demikian, KH. Ali Maksum lebih sering tidak menjelaskan kualitas hadis yang dikutipnya.
1.  
    Sumber Rujukan Penulisan Kitab
Karya yang disusun KH. Ali Maksum ini adalah berisi hujjah-hujjah naqliyah dan pendapat para ulama terdapat amaliyah keagamaan yang bersifat khitafiyyah. Dalam penulisannya KH. Ali Maksum merujuk dari berbagai literature di antaranya: al-Ruh karya al-Qayyim al-Jauziyyah; Fath al-Qadir karya Ibn al-Himam; Fatawa Syar’iyyah karya Syaikh Hasanain Muhammad Muhluf; Syarh al-Minhaj karya Sulaiman al-Jamal; al-Majmu dan al-Azkar karya Imam nawawi; al-Mizan al-Kubra karya Imam Sya’rani; Majmu Salasi Rasaila karya Muhammad al-Arabi; Fath al-Wahhab karya Zakaria al-Ansari, al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-‘Arba’ah karya Abdurrahman al-Jairi; Ahkam al-Fuqaha fi Muqarrat Nahdat al-Ulama, Ihya Ulum al-Din karya Abu Hamid al-Ghozali; Bidayat al-Mujtahid karya al-Qurtubi; Majmu’ Fatawa karya Taimiyah; Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib karya Ibrahim al-Bajuri; disamping itu KH. Ali Maksum juga mengutip hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitab hadis, di antara Sahih Bukhari karya Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari; Sahih Muslim karya Abu al-Husain  Muslim ibn al-Hajjaj; Sunan Abi Daud karya Abu Daud Sulaiman al-Azadi; Sunan al-Tirmizi karya al-Tirmizi; Sunan al-Nasai karya al-Nasai; Sunan Ibnu Majah karya Ibn Majah; Musnad Ahmad bin Hanbal karya Ahmad ibn Hanbal; Muwatta ibn Malik karya Imam Malik ibn Anas; Sunan al-Darimi karya Abu Muhammad al-Darimi; Sunan al-Kubra karya al-Baihaqi; Mu’jam al-Wasit karya Tabrani; Mustadarak karya al-Hikam; KH. Ali Maksum  juga merujuk kepada kitab syarah hadis di antaranya Fath al-Bari Syarh al-Bukhari karya Ibn Hajar al-Asqalani. Tuhfah al-Ahwazi bi Syarh Jami’ al-Tirmizi karya Abi al- ‘Ula Muhammad Abdurrahman ibn Abdurrahman al-Mubarkafuri.


[1] KH. Ali Maksum, Hujjah …, hlm. 5
[2] Ibid., hlm 6
[3] Ibid., hlm 26
[4] Imam al-Bukhari, sahih al-Buhari, “Salat al-Tarawih”., no hadis 1873, dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif. Sakhr Software Co. 1995-1997
[5] KH. Ali Maksum, Hujjah …, hlm 29
[6] Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal. No. hadis 22161, dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif. Sakhr Software Co. 1995-1997

[7] KH. Ali Maksum, Hujjah …, hlm. 18.
[8] Ibid., hlm. 107
[9][9] KH. Ali Maksum mengawali pembahasannya dengan pertanyaan terdapat pada bab 2; hal lisalah al-jum’ah sunnah qabliyyah au la, hal tajuzu ziyarat al-qubur, dan hal ifi al-qabri na’im wa ‘azab, KH. Ali Maksum, Hujjah …, hlm 117, 53, dan 64
[10] Imam Malik, Muawatta Malik, “al-Nida’a li al-Salah”, no hadis: 233, dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif. Sakhr Software Co. 1995-1997
[11] KH. Ali Maksum, Hujjah …, hlm. 19

Komentar