Dzikir kepada
Allah merupakan simbol atau bendera keimanan, selain itu pula cara untuk
terbebas dari kemaksiatan kepada Allah serta penjagaan dari setan dan api neraka.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “dzikir
yang utama adalah dzikir yang lirih (sirrun)” yakni dzikir yang hanya
antara hamba dengan Tuhannya (Allah). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
memaknai dzikir, tidak selalu dengan menyebut asma-asma Allah. Dzikir dapat
dilakukan dengan cara bertafakur dan bertadabbur kepada Allah mengenai ciptaan
dan kebesaran-Nya. Adapun objek tafakur tidak hanya alam yang dapat dinikmati
saja, akan tetapi diri kita sendiri. Bahwa diri manusia telah diciptakan dengan
sedemikian rupa, di antaranya diberikan otak untuk berfikir, mata sebagai lensa
penglihatan terbaik, telinga untuk mendengar apa yang ada disekitar.
Ada tiga hal
yang sangat sulit dan berat untuk dilakukan seseorang; pertama, mengingat Allah dalam setiap keadaan. Kedua, memperhatikan keadaan saudara kita dengan cara memberikan
sebagian harta kita. Ketiga, berlaku
adil terhadap orang fakir dan lemah dengan cara memperhatikan dan
menyayanginya.
Sebagaimana
firman Allah SWT dalam surat ad-Dzariyat ayat 56 “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku”. Ayat ini menjelaskan bahwasannya Allah menciptakan jin dan
manusia tiada lain yakni untuk menyembah kepada-Nya. Karena sesungguhnya tugas
utama manusia yakni menghamba kepada Allah SWT setiap waktu. Barangsiapa yang
mencintai Allah, maka ia banyak berdzikir kepada Allah. Adapun sebaliknya
barangsiapa yang tidak mencintai Allah, maka ia tidak senang berdzikir kepada
Allah. Dzikir kepada Allah di waktu pagi dan sore hari lebih utama daripada
mengayunkan pedang dalam berperang di jalan Allah.
Dzikir yang
paling utama adalah Lailaha illa allah.
Lailaha illa allah mempunyai makna yang bermacam-macam. Secara etimologi, lafaz
ilah mempunyai arti sesembahan, pelindung, pendidik, dan induk. Sedangkan
secara terminologi, ilah berarti tempat bertawakal atau berpasrah diri. Ketika
lafaz tersebut diresapi dalam hati, hanya ada Allah dengan segala
kekuasaan-Nya.
..واالله أعلم باالصواب..
Sumber : Bab Dzikir dalam kitab Tanqih Al-Qaul Al-Hatsis (Syekh Nawawi Al-Bantani)
Komentar
Posting Komentar