JACKPOT RAMADHAN : LAILATUL QODAR

Ada suatu malam di antara malam-malam di bulan suci Ramadhan yang barangsiapa mengerjakan suatu ibadah, pahalanya akan berlipat setara pahalanya orang yang beribadah 1000 tahun. Adalah malam Lailatul Qadar.

Penjelasan mengenai Lailatul Qadar sendiri berdampingan dengan penjelasan tentang Nuzulul Qur’an, karena di bulan Ramadhan inilah Al-Qur’an diturunkan pertama kali oleh Allah kepada Rasulullah[1]. Pendapat tersebut diperkuat dengan adanya surat Al-Qadar : 1 yang berbunyi :

إِنَّآ أَنْزَلْنٰهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadar”

Jadi kenapa malam Lailatul Qadar mulia? Karena pada malam itu Al-Qur’an diturunkan.

Namun di kalangan ulama masih sering terjadi perbedaan pendapat mengenai kapan waktunya, apakah tanggal 17 atau 21, 23 dan seterusnya. Pak Syahiron, selaku Guru yang menjadi Narasumber, dalam penjelasannya menerangkan hal tersebut melalui pembahasan tahapan/proses turunnya Al-Qur’an.

Pertama, Al-Qur’an yang berada di Lauhul Mahfudz (Papan yang di jaga) diturunkan ke Baitul Izzah (Lapisan langit terdekat dengan kita). Disini Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus/utuh. Peristiwa inilah yang terjadi di Nuzulul Qur’an pada zaman Nabi. Selanjutnya Al-Qur’an mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur, yakni 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Maka penjelasan Lailatul Qadar dapat dibagi ke dalam 2 pengertian, pertama Lailatul Qadar secara Hakikiyah yaitu peristiwa diturunkannya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah secara utuh, dan hal ini terjadi satu kali, hanya pada saat dulu saja. Kedua Lailatul Qadar yang kita peringati serta kita upayakan agar mendapat kemuliaan setiap tahunnya di bulan Ramadhan itu dinamakan Lailatul Qadar Majazi.

Lantas di malam yang mulia tersebut, apa yang dapat kita lakukan? Salah satunya dengan mempelajari Al-Qur’an.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”

Mempelajari AL-Qur’an dapat dimulai dari:
a.       Segi Bacaan, bagaimana membacanya dengan sebaik mungkin, dengan makhorijul huruf yang benar dan sesuai dengan ilmu tajwid.
b.      Segi Pemahaman, memahami Al-Qur’an butuh proses yang panjang. Kita bisa mulai dari mempelajari dari segi bahasa seperti ilmu balaghoh, ilmu nahwu dan ilmu shorofnya, kemudian lanjut ke ilmu-ilmu yang berkaitan seperti tafsir, munasabah ayatnya, dll. Kita harus hati-hati dalam memahami Al-Qur’an, sebab banyak dari kita yang mencoba memahami Al-Qur’an dengan hanya membaca terjemahannya saja, dan mengabaikan ilmu-ilmu lain seperti tafsir para ulama, dan asbabun nuzulnya.

c.       Mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bicara tentang memahami Al-Qur’an, Pak Syahiron memberi contoh melalui kisah Ratu Bilqis yang terdapat pada Al-Qur’an. Ratu Bilqis adalah sosok pemimpin yang baik walaupun ia perempuan. Al-Qur’an tidak pernah sekalipun mengkritik Ratu Bilqis yang menjabat sebagai pemimpin dari kaum Saba tersebut.

Dari kisah Ratu Bilqis dapat diambil hikmah, bahwa pemimpin yang baik adalah yang mempunyai sifat:
1.      Adil
2.      Amanah
3.      Cerdas
4.      Syuro/Demokratis
5.      Memperhatikan kemaslahatan ummat
6.      Mampu berdiplomasi

Pak Syahiron menambahkan ‘Tidak ada satupun hadis maupun ayat Al-Qur’an yang secara implisit maupun eksplisit yang memerintahkan suatu kaum untuk mendirikan khilafah atau negara islam. Dalam Al-Qur’an tidak ada penjelasan tentang sistem pemerintahan, yang ada prinsip memerintah yang baik. Intinya mengutamakan Maslahat bukan Mafsadat’. 

..والله أعلم بالصواب..


Narasumber : Dr. Phil Sahiron Syamsudin
(Adin/Roy)


[1] QS. Al-Baqarah : 185, "شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ.." (bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran..)

Komentar

Posting Komentar